Pernah tidak berada di satu kelas yang sebagian besar muridnya pintar-pintar, populer, dan aktif, sehingga kita merasa minder? Itu yang aku rasakan saat baru saja bergabung di kelas coaching tentang homeschooling. Aku yang saat itu sangat awam dengan homeschooling, tiba-tiba berasa di grup Whatsapp dengan puluhan orang tua yang kulihat sangat keren.
Saat mendapat tugas, mereka mengumpulkan di grup. Kubaca sebagian dan merenung, kok pada keren-keren amat, ya. Aku langsung mengkeret. Tidak berani mengumpulkan tugas karena kurasa tidak ada yang menarik pada kegiatan homeschooling keluargaku. Bisa dibilang masih semrawut. Jadwal tidak berjalan dengan baik, aku tidak bisa mengendalikan emosi, manajemen waktu yang payah, dan lain sebagainya. Sempat teratur dan tenang, kuabadikan sebagai konten video di Instagram. Namun lebih sering gonjang-ganjingnya daripada teraturnya. Aku bahkan sempat berminggu-minggu tidak membuka grup sama sekali sampai ratusan chat menumpuk menunggu untuk dibaca.
Suatu saat aku bergulat dengan batinku sendiri.
“Ya mereka kan beda sama kamu, Vi, ada pasangan untuk saling share dan berdiskusi tentang homeschooling anak-anaknya. Lha kamu, ibu tunggal, homeschooling juga keputusanmu sendiri, ya kamu sendiri yang atur, gak ada temen diskusi ya memang itu konsekuensi dari awal sejak kamu memutuskan untuk homeschooling”
“Mereka bisa berbagi tanggung jawab dengan pasangan mereka, Vi, sedangkan kamu? Semua tanggung jawab ada di pundakmu. Kamu kepala keluarga, pencari nafkah. Sepertinya wajar kamu mengalami chaos di homeschooling kamu. Wajarlah kepala kamu mungkin kadang bisa meledak mikirin pesenan kue dari bisnis kecil kamu, bingung besok masak apa, sedih si Adek mogok makan, sesekali masih mewek kangen almarhum suami, belum lagi nyatetin arisan barang yang kamu kelola, pusing bayar tagihan ini itu, bla bla bla, bla bla bla, apalagi ditambah nyiapin segala materi homeschooling anak-anak. Itu gak gampang…”
Begitulah kira-kira. Aku selalu merasa punya pembelaan tersendiri karena aku ibu tunggal, tapi hal ini tidak bisa terus menerus kujadikan sebagai alasan untuk tidak memperbaiki diri. Ikut kelas audit diri dan mindful parenting, membaca buku-buku motivasi sangat membantuku untuk menjadi lebih baik lagi.
Menjelang akhir tahun 2021, ada tugas besar untuk membuat dokumentasi homeschooling. Lagi-lagi aku tidak mengerjakannya. Emmm…maksudku, aku membuatnya tapi tidak tuntas sehingga tidak kukumpulkan. Tapi sekarang rasa minderku perlahan hilang. Sekarang aku melihat teman-teman coachingku sebagai sumber inspirasi. Aku mungkin belum sekeren mereka, tapi aku sudah mulai menemukan gaya tersendiri dari homeschooling keluargaku. Tahun 2022 ini aku harus jauh lebih baik, lebih banyak belajar, lebih sabar, lebih konsisten, lebih kreatif. Semangat!